Purple Prose: Suarcani: Karma Masa Lalu



Tujuh tahun lalu Galih meninggalkan masa lalunya di Bali. Sekarang dia harus kembali ke sana karena tuntutan pekerjaan. Sekaligus menghadapi kenyataan yang ditinggalkannya.

Tujuh tahun lalu Roya membuat kesalahan besar pada adiknya. Sekarang dia mencoba belajar memaafkan dirinya sendiri. Dibantu Galih, Roya mencoba berbahagia.
"Kita terlalu terikat dengan kesalahan di masa lalu." (h. 163)
Galih, Roya, dan Masa Lalu

Seperti yang saya gambarkan sedikit di awal, ada dua karakter utama dalam novel ini. Mereka adalah Roya dan Galih.

Roya ini sebagai karakter utama perempuan punya karakter yang penakut. Bukan tipe penakut yang takut hantu gitu, lebih mirip takut melakukan kesalahan. Dia nggak berani membela dirinya di kantor. Kalau disalahin dia hanya bisa menerima dan minta maaf. Kejadian tujuh tahun lalu membuat Roya menjadi sosok yang tidak berani untuk berbicara karena dia merasa dirinya memang selalu bersalah.

Karakternya bikin saya inget sama Kei di Welcome Home Rain. Namun dibalik semua itu, Roya punya kepedulian tinggi dan kekuatan tersembunyi.
"Ketimbang mendapat cokelat dan kado saat Valentine, atau diperlihatkan wajah penuh riasan setiao hari, aku lebih menyukai perempuan yang melindungiku dengan caranya sendiri." (h. 175)
Sedangkan Galih ini tipe pemuda yang tengil. Dia senang menggoda orang-orang di sekitarnya, khususnya Roya. Tapi dia juga atasan yang peduli sama rekan kerjanya. Galih ini nggak bikin saya naksir, tapi sikapnya ke Roya sering bikin saya ketawa dan tersenyum ... juga kesal.

Nah, kedua tokoh utama ini tanpa sadar ternyata terhubung di masa lalu. Adalah Kanaya, adik Roya, dan Roy, teman Galih yang menghubungkan mereka dengan kejadian tujuh tahun lalu.

Karma Masa Lalu
"Karma itu seperti asap, Ya. Dia selalu ada di udara, walau tidak terlihat ketika waktunya tiba, dia akan datang untuk menagih pertanggungjawaban." (h. 289)
Roya dan Galih ini memang baru saling mengenal ketik Galih pindah kerja ke Bali. Namun, ternyata sebenarnya kejadian tujuh tahun lalu telah lebih dulu menghubungkan mereka.

Kedekatan hubungan yang terjalin antara Roya dan Galih tergambarkan dengan baik, meski sedikit terlalu cepat karena penulis hanya menonjolkan bagian-bagian penting tapi tetap terbangun dengan baik. Ketengilan Galih ini sering bikin mesem-mesem.

Nah, konflik pada mulanya muncul dari sisi masing-masing. Galih dengan teman-teman semasa kuliahnya. Roya dengan rekan kantor dan adiknya. Lalu, perlahan konflik masuk semakin dalam dan meledak. Sepanjang baca sejak konflik utama muncul itu bikin saya waswas, khawatir, takut. Berharap Galih dan Roya pada akhirnya mendapat kebahagiaan. :"(

Meski sedikit banyak rahasia tujuh tahun lalu udah bisa ditebak, tetap saja baca Purple Prose itu bikin ekspresi saya bertransformasi gini: 😄😃😣😖😟😤😭😠😠😠

Saya mengakhiri buku ini dengan perasaan nggak karuan. Akhirnya sungguh realistis sekaligus menghancurkan hati. Pada akhirnya, untuk merasakan kebahagiaan, selain memaafkan kesalahan di masa lalu, kita juga harus merelakan ... banyak hal.

Penutup

Secara keseluruhan, saya sekali lagi suka Metropop karya penulis. Metropop-nya selalu bikin nyesek dan memberikan warna yang beda di antara banyak Metropop lain.

Purple Prose ini menggambarkan dengan jelas makna purple prose dalam kisahnya, seperti novel penulis yang lain.  Buku ini juga mengandung unsur Bali yang cukup kental, ada banyak hal-hal keseharian penduduk Bali yang baru saya ketahui dari novel ini.

Selamat membaca!

Informasi Buku
Judul: Purple Prose
Penulis: Suarcani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 304 halaman

Share:

0 comments