Goodbye Days - Jeff Zentner: Pesan Tidak Sabaran dan Hari Terakhir

Di mana kalian? Balas pesanku

Carver berharap dia tidak mengirimkan pesan itu. Setidaknya tidak mengirimkannya kepada Mars, sahabatnya yang tengah mengemudi. Seandainya saja Carver mau bersabar menanti kedatangan sahabat-sahabatnya. Seandainya saja Carver tidak mengetik pesan untuk Mars. Seandainya saja... mungkin saat ini Sauce Crew masih lengkap. Mungkin Mars, Eli, dan Blake masih tertawa-tawa bersamanya menikmati hari dengan selai kacang dan milkshake pisang.

Sayangnya, hal itu hanyalah seandainya. Kecelakaan telah terjadi dan ketiga sahabat Carver sudah terbaring damai dipeluk bumi. Menyisakan Carver dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tiada habisnya.

Belum cukup hidup Carver berubah tanpa mereka bertiga, dia harus menghadapi tuduhan 'pembunuh' dilayangkan oleh Adair, kembaran Eli. Dia harus menghadapi penghakiman dari keluarga sahabatnya. Dia harus menyiapkan diri dengan tuntutan hukum ayah Mars yang bisa menyeretnya dalam penjara.

Kematian dan Duka

Goodbye Days dibuka dengan kelam. Dengan duka.
Tergantung siapa—maaf, kepada siapa—kau bertanya, aku mungkin sudah membunuh tiga sahabatku.

Novel ini dtulis dari sudut padangan orang pertama. Dari sudut pandang Carver, yang baru saja kehilangan ketiga sahabatnya dan memulai hidup dengan penuh rasa bersalah. Rasa bersalah itu tidak pernah hilang dari diri Carver, telebih ketika orang tua Eli dan Mars pun menyalahkannya. Hanya Nana Betsy, nenek Blake yang merengkuhnya dalam pelukan dan ucapan penghiburan.

Namun, bagi Carver, kematian mereka adalah kesalahannya.

Sepanjang kisah, pembaca akan diajak menyelami perasaan Carver. Bagaimana pemuda itu menjadi rapuh, berduka, kehilangan, dan terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri. Dan karena buku ini ditulis dari sudut Carver, pembaca juga akan diajak perlahan-lahan memasuki segala perasaan dan kekalutan pemuda itu. Sumpah, semasa membaca saya rasanya ikut tercabik-cabik dengan semua yang harus Carver hadapi. T_T

Mengatasi kematian seseorang yang sangat dekat secara personal saja sudah tidak mudah—mana mungkin mudah, kan? Apalagi jika harus mengatasi kematian tiga orang yang bisa jadi tidak akan meninggal kalau bukan karena pesan singkat darinya—dari kita.

Carver terus-menerus menghadapi serangan-serangan panik. Carver berusaha membantu Nana Betsy mengurusi kebun tomat—kebiasaan yang dilakukan Blake. Carver tekena serangan panik lagi. Carver mengobrol dengan Jesmyn, pacar Eli. Carver dipanggil pembunuh di sekolah. Carver terkena serangan panik lagi. Carver mengobrol dengan Georgia, kakak perempuannya. Carver dihantui rasa bersalah karena telah mengirimkan pesan di saat yang tidak tepat. Carver terkena serangan panik lagi. Begitu terus berulang-ulang sampai akhirnya Carver mengikuti saran Georgia untuk berbicara, berbicara kepada orang yang tepat.

Membuat 'Hari Terakhir'

Takdir Tuhan memang tidak ada yang tahu. Bisa jadi ketiga sahabat Carver pun tetap akan menemui ajalnya. Akan tetapi, Carver jelas tidak berpikir seperti itu. Adair juga tidak berpikir begitu. Orang tua Eli juga tidak berpikir begitu. Dan jelas, ayah Mars yang seorang hakim, juga tidak berpikir begitu.

Selama membaca Goodbye Days ini, mau tak mau saya dihadapi dengan kenyataan bahwa beginilah manusia. Manusia bisa membenci seseorang tanpa alasan yang jelas dan masuk akal—bagi kita. Perasaan adalah hal yang sangat personal. 

Adair dan orang tua Eli memilih menyalahkannya. Adair memilih untuk membenci Carver, menghasut seisi sekolah bahwa Carver adalah penyebab kematian saudaranya dan Carver layak dihukum. Ayah Mars memilih untuk menyuarakan bahwa kecelakaan itu perlu diperiksa, bahwa penyebab kecelakaan itu bisa jadi kelalaian dan bahwa Carver bisa jadi memang pembunuh. Reporter yang mencecar Carver dengan berbagai pertanyaan memilih untuk tidak peduli bahwa Carver berduka dan terus merongrongnya dengan pertanyaan.

Syukurlah, Nana Betsy memilih untuk menerima takdir kematian cucunya dan merengkuh Carver yang juga berduka. Nana Betsy memilih untuk mengajak mengatasi kehilangan Blake bersama-sama. Nana Betsy mengajak Carver untuk membuat "hari terakhir" bagi Blake, hari di mana mereka menghabiskan waktu khusus untuk Blake.
"Kenangan kita tentang orang-orang yang kita cintai adalah mutiara yang kita bentuk mengelilingi butiran kesedihan yang menyebabkan kita merasa sakit." (h. 276)
Sepanjang membaca kisah Carver, saya berharap sekali dia bisa memaafkan dirinya. Saya berharap dia tidak hancur—menghancurkan dirinya—dan memilih pilihan-pilihan yang salah. Saya jadi teringat buku The Way I Used to Be. Kedua buku itu sama, sama-sama dibuka dengan duka dan sepanjang buku membuat saya ngilu.

Lebih lagi, novel ini juga diselingi dengan flashback-flashback kebersamaan Carver dengan ketiga sahabatnya. T^T Sumpah nggak sedikit bagian yang jadinya bikin mewek huhuhuuu. Jadi, ketika ada "hari terakhir" ini saya sangat-sangat berharap bahwa Carver bisa mengatasi rasa bersalah dan dukanya.

Penutup

Goodbye Days ini mengajak pembaca bersedih atas kehilangan seseorang yang dekat lalu dirundung rasa bersalah lalu mengatasi segala duka dan rasa bersalah itu. Penulis berhasil menyajikan semuanya dengan sangat baik. Penulis berhasil membuat pembaca—saya—merasakan perasaan dan penderitaan Carver.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membuat saya tidak bisa 100% menyukai buku ini. Ada terlalu banyak karakter di buku ini, jadi saya membutuhkan waktu untuk mengingat mereka semua dan beberapa kali membolak-balik halaman untuk mengecek siapakah karakter ini atau itu. Terus, ada beberapa percakapan yang tidak ... lugas. Jadinya, saya beberapa kali bingung. :/

Secara keseluruhan, Goodbye Days merupakan novel yang cakep. Novel ini mengangkat isu yang berat, soal kematian dan duka. Lebih lagi, novel ini berangkat dari kejadian yang sangat relateable bagi banyak orang—sebuah pesan dan perasaan tidak sabaran. (Bikin saya jadi merasa berkali-kali bersalah udah sering kirim pesan "buruan buruan" gitu. Ntar gimana kalau kecelakaan kayak ketiga sahabat Carver? T_T)

Saya mengagumi pengemasan penulis menyuguhkan kisah Carver ini. Cakep. Cocok banget dibaca bagi pecinta novel young adult yang sarat emosi.

Informasi Buku
Judul: Goodbye Days
Penulis: Jeff Zentner
Penerbit: Spring

BLOGTOUR & GIVEAWAY

Sebelum mengakhiri, saya mau bilang bahwa postingan review ini merupakan bagian dari blogtour novel Goodbye Days dari Penerbit Spring. Di akhir sesi bakal ada novel ini yang dibagikan, lho. Siapa mau? :D

Nah, cek info lengkap soal blogtour ini di banner ya!


Share:

3 comments

  1. Jadi pengen bacaan... Gimana rasanya jadi Carver dan menghadapi rasa bersalahnya sendiri.

    ReplyDelete
  2. kamarin pas ada promo di Haru sempat masukin ini ke keranjang, tapi entah kenapa aku keluarkan lagi. bodohnya aku, aku gak baca review dulu di goodreads ttg buku ini. sekarang, setelah aku baca reviewnya Wardah, aku jadi kepingin baca juga. kadang aku memang nyari cerita yang dark, tentang kehilangan, biar aku tahu betapa aku masih memiliki hidup yang cukup baik. untuk mengasah empati juga. (empati itu bisa diasah juga kan?) ig @nazila.rizqi

    ReplyDelete
  3. Kalau bukunya bikin kak wardah menyelami penderitaan Carver. Maka review kak wardah ini, bikin aku paham novel goodbye days ini penuh dengan amanat sekalipun belum membacanya.
    Ig: spireads_

    ReplyDelete