Fake Love; Komedi Romantis si Pasangan Pura-Pura


Arlin. Senang membuat bento hias lucu, meski tentu saja tidak perlu seluruh dunia tahu. Berusia hampir tiga puluh tahun. Selalu ditanya kapan menikah. Mendaftar dalam situs biro jodoh online untuk sang Mama.

Delan. Hobi merakit Gunpla (silakan googling jika kamu nggak tahu). Punya pekerjaan tetap dan sudah mapan. Sedang mencari istri (yang bisa diajak bersekongkol) di situs biro jodoh online karena desakan sang Mami.

Keduanya bertemu dan membuat perjanjian menikah: seluruh dunia tahu status suami-istri mereka tapi tidak boleh ada kontak fisik. Keluarga besar bahagia dan baik Arlin maupun Delan bisa menikmati kesenangan mereka sendiri tanpa saling usik.

Atau … benarkah demikian?
Bukankah ia dan Delan tak seharusnya saling jatuh cinta? Jadi kenapa harus ada derita? (h. 80)
Pernikahan Pura-Pura

Tema pernikahan pura-pura tentu saja bukanlah tema baru di dunia novel romance. Sebelum Fake Love ada judul-judul lain yang mengangkat tema serupa. Namun, novel ini jelas punya ciri khas. Hal yang tidak saya temui di novel-novel setema.

Hobi Arlin dan Delan. Jadi, Arlin ini punya hobi membuat bento lucu-lucu yang imut-imut itu. Yang makanannya ditata sedemikian rupa dan dibentuk-bentuk aneka rupa itu. Pernah lihat kan, bento setipe ini? Nah, sedangkan Delan ini penggemar Gunpla.

Buat pembaca yang akrab dengan hal-hal seputar Jepang, hobi Arlin dan Delan ini jelas bukan hal aneh. Akan tetapi, nyatanya tidak semua orang akrab dengan hal itu. Penulis lalu berhasil menghadirkan situasi di mana hobi Arlin dan Delan tidak dipahami oleh orang-orang lain.

Nah, hobi keduanya juga ikut menjadi penggerak cerita. Hobi ini bukan sekadar tempelan yang membuat kisah Fake Love terkesan beda dengan novel bertema pernikahan pura-pura sejenis. Terlepas dari alasan ketertarikan awal saya adalah tagline Aku, Suamiku, dan Gunpla-nya.

Fake Love jelas menjadi bacaan yang segar dan mengundang tawa bagi pembaca anime, manga, atau penggemar game, dorama, sampai budaya Jepang. Banyak hal-hal yang terasa familiar. Ditambah kisah Arlin-Delan ini dirangkum dalam cerita komedi (romantis), Fake Love jelas meninggalkan bekas bagi saya. Satu adegan paling bikin saya berkesan ngakak adalah ketika Arlin nggak sadar dia pakai virgin sweater killer dari sahabatnya dan Delan lihat. Hahahaha.

Oh, meski demikian, buat pembaca yang nggak akrab sama hal itu, novel ini jelas tetap bisa banget dinikmati! Kamu nggak bakal merasa nggak paham dengan cerita Fake Love, karena penulis berhasil menyajikan kisah yang lugas, dinamis, romantis, sekaligus bikin gregetan-galau-sedih-terpuruk-bahagia-dan segalanya. Kamu bakal memertawakan kepolosan Arlin dan tetap bisa menyumpahi Delan yang super nyolot. Dan tentu saja kamu juga bakal ikut kesal dengan tetangga-tetangga mereka yang memang menyebalkan.

Tentang Pernikahan

Selayaknya novel-novel bertema sejenis lainnya, Fake Love jelas menyajikan porsi pernikahan yang banyak. Novel ini sendiri dibuka dengan kalimat yang langsung membuat saya mangut-mangut.
Apa arti pernikahan bahagia?
Apa ketika dua orang yang saling mencintai akhirnya disatukan dalam ikana suci pernikahan?
Ataukan kebahagiaan itu baru lengkap ketika Tuhan menitipkan satu, dua, atau mungkin selusin keturunan bagi mereka? (h.1)
Harus saya akui bahwa penulis berhasil menyajikan dengan sangat baik hal-hal yang ingin dibawanya lewat kisah Arlin dan Delan. Saya super salut pad acara penulis mengembangkan karakter Arlin. Sejujurnya, sosok Arlin ini terlalu baik. Meski menikahi Delan karena perjanjian, Arlin sejak awal menyadari bahwa pernikahan ini bukanlah permainan. Dia berusaha memahami Delan dan mengerti lelaki itu.

Untuk karakter Delan… gimana ya. Saya suka banget pada cara penulis menunjukkan akhlak Delan yang sholeh (selalu sholat ke masjid, bo!), hanya saja karena kisah ini lebih banyak ditulis dari sudut Arlin, Delan memang tidak mendapatkan ruang untuk dimengerti pembaca (termasuk saya). Karakter Delan pun ikut berkembang, tapi saya nggak paham betul kenapa di awal dia mengajak Arlin menikah, kenapa dia melakukan ini-itu, dll. Dan saya jelas super sebal sama omongan Delan yang nggak pakai disensor. Kalau saja Delan udah mulai menghina Arlin, saya jelas bakal mempertanyakan akhlaknya dan bakal super marah karena dia udah termasuk KDRT verbal. Untungnya, Delan masih berakhlak bagus dan cuma suka ngomong kelewat ceplas-ceplos. Lebih untung lagi, di akhir Delan punya porsi yang cukup jadi kisah keduanya benar-benar berhasil bikin saya ikut ketar-ketir.

Btw, selain bagaimana Arlin dan (belakangan juga) Delan berjuang untuk pernikahan mereka, Fake Love juga menyajikan bagimana kehidupan pernikahan di masyarakat umum. Ada tetangga yang nyebelin (banyak), anak-anak tetangga yang nggak diajarkan dengan baik oleh orang tuanya, bagaimana gosip berkembang di antara ibu-ibu, dan hubungan dengan tetangga lainnya. Pembaca serasa ikut mengalami kehidupan pernikahan Arlin dan Delan (tapi sebagai tembok rumah, si saksi mata gitu).

Terakhir

Fake Love merupakan kisah komedi romantis yang segar. Bukan hanya mengandung tawa, tapi juga berhasil bikin air mata saya susut. Karakternya terasa relatable dan hidup, lengkap dengan permasalahan umum yang sering dikeluhkan pengantin baru. Ditulis dengan gaya bahasa yang lugas dan asik, saya cukup jamin novel ini bakal dinikmati meskipun kamu bukan penggemar tema ini.
Selain itu, ada kutipan yang ngejleb banget.
 “Nggak usah iri sama orang. kita nggak tahu derita macam apa yang dia lalui sebelum bisa happy end kayak gitu.” (h. 75)
Oya, Fake Love juga cocok buat hadiah pernikahan gitu. Siapa tahu mantennya suka baca kan ya. Bisa jadi kisah Arlin dan Delan ini bakal menguatkan mereka bahwa:
Pernikahan bukan hanya perjuangan satu orang untuk terus berkorban demi pasangannya. Harus ada daya upaya dari keduanya. (h. 109)
Selamat membaca! :D

Informasi Buku
Judul: Fake Love
Penulis: Shireishou
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tebal: 296 halaman
Genre: Romance



Share:

2 comments

  1. Aku juga baca ini Kak, gregetan sama karakter Delan.

    ReplyDelete