Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang - Sapardi Djoko Damono & RIntik Sedu
Puisi bukan jenis bacaan yang aku suka. Habis aku sering kali bingung apa yang sebenarnya ingin disampaikan lewat puisi tersebut. Kadang juga suka kepikiran, apakah interpretasiku ini benar seperti yang diinginkan penulis?
Meski begitu, kadang kala aku masih baca puisi. Biasanya aku baca di waktu-waktu random, di halaman-halaman random juga. Terus, kadang kala, semesta itu berkonspirasi mempertemukankku dengan puisi yang "pas". Rasanya tuh ajaib banget gitu.
Kolaborasi Dua Generasi
Kalau buku Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang ini aku baca pelan-pelan sekitar 2 pekan. Aku bacanya cukup urut sih, nggak banyak yang tahu-tahu lompat, karena satu hal: Aku penasaran tulisan mana yang ditulis oleh Pak Sapardi dan mana yang ditulis oleh Rintik Sedu.
Sebelum buku kolaborasi ini muncul, aku nggak bisa membayangkan apakah "bahasan" dua generasi pembuat puisi ini bisa sama, bisa masuk. Tapi, ternyata pas baca ini, aku merasakan kesatuan yang utuh. Aku nggak lagi menerka siapa yang menulis bait ini, karena rasanya ya seperti ditulis oleh satu orang gitu.
Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang berisi puisi-puisi yang kental soal kepergiaan, kepulangan, waktu, dan jarak. Aku sungguh menikmati permainan kata dalam buku ini dan pemenggalan-pemenggalannya yang membuat puisi-puisinya semakin dalam.
![]() |
salah satu puisi yang aku suka |
Ada hawa-hawa tulisan Pak Sapardi, ada juga kata-kata yang terasa familiar (dengan istilah zaman kini, kayak 'oke'). Jadi, puisi di buku ini tuh berhasil hadir dengan paduan yang enak banget. Dan (seperti yang kubilang sebelumnya) dengan permainan kata yang brilian.
Masih ingatkah kauAku belum pernah baca buku Rintik Sedu sejujurnya, jadi aku nggak tahu "gimana" tulisan dia yang sebenar-benarnya. Tapi pas aku intip Instagram-nya, aku dapat sedikit bayangan sih. Rintik Sedu ini memang sosok yang dekat dengan generasi sekarang. Sedangkan Pak Sapardi ini ya jelas-jelas sosok generasi di atasku (dan di atas Rintik Sedu).
sepasang pergi dan pulang?
Luasan bumi yang menatap langut
bermimpi untuk pulang kembali? (h. 53)
Makanya selepas menyelesaikan buku ini, aku jadi penasaran gimana proses kreatif buku ini. Apakah mereka mengerjakan berdua? Apakah satu orang mengerjakan satu puisi lalu yang satu lagi puisi berikutnya? Ataukan mereka bergantian menulis antar bait?
Penutup
Yang jelas, Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang ini punya kegalauan masa kini, tapi juga aspek romantis puisi-puisi Pak Sapardi. Cocok banget dijadikan salah satu bacaan selama swakarantina gini. :D
Sebagai penutup, aku mau kasih lihat jurnal yang aku bikin terinspirasi dari buku ini.
![]() |
jurnal yang terinspirasi dari salah satu puisi |
Informasi Buku
Judul: Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang
Penulis: Sapardi Djoko Damono & Rintik Sedu
ISBN: 978-602-06-3833-1
Jumlah Halaman: 112 Halaman
Terbit: 17 Februari 2020
0 comments