Bone - Mijin Jung: Kisah Misteri Romantis

Bone - Mijin Jung

Bone - Mijin Jung ― Belakangan ini, aku nggak baca apa-apa. Rasanya nggak ada bacaan yang bikin aku bisa duduk diam lama dan tahan. Sampai sebulan terlewati. Lalu aku ingat kalau nggak coba baca lagi, aku nggak akan tahu kapan reading slump ini berakhir, maka aku mengambil novel ini dan mencoba membacanya.

Ternyata aku justru menghabiskannya dalam 2x duduk. Aku mulai membacanya kemarin malam, lalu aku jeda istirahat dan berhasil menyelesaikannya tadi siang. Benar kan? Kalau aku tetap diam dan nggak mencoba membaca, aku mungkin masih berada dalam slump.

Kisah Misteri Romantis

Sejak awal aku sudah tahu kalau Bone merupakan novel romantis, jadi aku nggak berekspektasi tinggi soal misteri dan ketegangan dalam novel ini. Namun, buku ini justru dibuka dengan bikin aku deg-degan. Bukan, bukan soal paket ancaman yang diterima Junwon, tapi soal kakek tetangga Junwon. Membaca bagian awal itu membuatku memikirkan banyak hal, soal kehidupan, kesendirian, dan kematian.

Lebih lagi novel ini punya aura yang suram. Tokoh Junwon sebagai pencerita "aku" membuat Bone terasa semakin kelabu. Junwon ini suka melihat hal-hal detail, terus pikirannya kadang berkelana, dan terasa getir. Gaya bahasanya sebenarnya lugas dan diksinya nggak sulit, cuma kombinasi cerita, alur, detail-detail, dan karakternya bikin Bone terasa menakutkan tapi anehnya indah. Belum lagi ditambah dengan foto-foto estetiknya.

Oya, perlu diketahui, foto-foto di novel ini dicetak berwarna ya. Bagus banget sumpah jadi puas banget pas baca dan lihat. Aku senang banget saat tahu isinya berwarna karena jadi semakin kelihatan efek dramatis dari kisah Junwon dan Hajin ini.

Nah, sebelumnya aku ulangi ya kalau ini kisah romantis. Jadi, selepas menemukan paket ancaman, pembaca akan diajak berkelana mundur pada ingatan Junwon, pada kisah pertemuanya dengan Hajin, dan bagaimana keduanya mulai dekat. Benar, tipikal kisah romantis lainnya gitu. Akan tetapi, karakter Hajin ini misterius banget. Belum lagi cerita dikisahkan dari sudut Junwon, jadi yang terlihat ya hanya dari satu sisi.

Ada salah satu bagian ketika mereka mulai dekat yang aku suka. Yaitu ketika Junwon belajar 'menunggu' dari Hajin. Berlawanan dengan kebanyakan orang, Hajin ini hidup tanpa ponsel. Dia tidak bisa dihubungi dengan mudah seperti manusia zaman kini. Ketika membaca bagian menunggu ini, aku jadi diajak untuk merenungi soal kebisingan dunia dan kecepatan informasi memang sering bikin diriku sendiri kehilangan.
Di dunia tempat orang-orang tidak suka menungggu, bagi kami menunggu adalah suatu kenikmatan. (h. 163)
Soal Kehilangan

Aku juga merasakan kehilangan Junwon ketika tahu-tahu Hajin menghilang dari hidupnya. Penulis berhasil menceritakan dengan baik emosi Junwon sehingga ketika membaca aku ikut merasakan kesedihannya. Lebih lagi, Junwon ini malang sekali nasibnya sejak kecil. :')

Di awal cerita, siapa pelaku penculikan Hajin itu yang bikin aku penasaran untuk terus membaca. Namun, semakin jauh membaca, aku semakin menyelami pikiran Junwon dan ikut merasa waswas dengan nasib Hajin dan masa depan Junwon. Sejujurnya akhir buku ini lumayan tertebak, tapi yang bikin aku khawatir itu apakah Junwon akan hancur nantinya? Dua tahun lalu dia sudah menderita dan mengabaikan hidupnya ketika Hajin hilang, apakah sekarang dia juga akan begitu?

Aku punya banyak ketakutan. Lebih lagi ketika Junwon berhalusinasi soal masa lalunya. Emosiku ikut diajak naik-turun bersama dengan Junwon. Aku pribadi nggak bisa membayangkan gimana rasanya selepas berhasil move on dari mantan, dua tahun kemudian kamu menemukan surat ancaman penculikan soal dirinya.

Itu sebabnya ketika membaca akhir novel ini, aku merasa puas dengan konklusi yang diberikan. Paling tidak, Junwon tetap melaju besama mimpinya.

Penutup

Membaca Bone ini mengingatkanku pada Tokyo dan Perayaan Kesedihan dengan cara yang aneh, Keduaanya sama-sama suram dan bikin aku takut dengan nasib tokoh utamanya menjelang akhir. Untunglah Bone ditutup dengan jelas sehingga aku nggak perlu terkatung-katung memikirkan nasib Junwon. Kalau sampai akhir cerita Bone ini open ending, aku rasa aku bisa sedih.

Secara keseluruhan, aku sangat menikmati Bone. Novel ini punya kisah romantis yang klasik, tapi sentuhan misteri dan ketegangannya bikin aku terkesan. Ditambah lagi gaya bercerita dan foto-fotonya melengkapi banget. Aku rekomendasikan kalau kamu mencari buku romantis dengan suasana yang berbeda.

Selamat membaca!

Informasi Buku
Judul: Bone
Penulis: Mijin Jung
Penerbit: Haru
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: 300 Halaman
ISBN: 978-623-7351-28-3

Share:

0 comments