Grand Story Magazine; Majalah Lifestyle Anak Muda yang Berisi


Belakangan ini bisnis majalah semakin lesu, terbukti dari semakin banyaknya majalah yang berhenti menerbitkan edisi cetak dan beralih ke majalan online. Meksi demikian, ternyata masih ada majalah berkualitas yang terbit dalam bentuk cetak.

Grand Story Magazine adalah majalan gaya hidup yang menyasar milenial tapi memiliki isi yang sangat berbobot. Pada edisi 14 ini misalnya, isu yang diangkat adalah Liberating Literacy. Edisi ini membahas berbagai macam hal yang berhubungan dengan literasi, mulai dari bahasan utama seputar buku, wawancara dengan tokoh literasi, event literasi, sampai konten promosi pun seputar literasi.

Meski temanya tidak terkesan kekinian, majalah ini berhasil menampilkan isu ini dengan sangat kekinian. Tentu saja kalau soal kualitas cetak, kertas, ketajaman foto, layout, dan hal-hal visual lainnya, Grand Story ini terkategorikan sebagai majalah yang sangat mumpuni. Dilihat dari luar, majalah ini sangat bagus.

Begitu melihat ke dalam edisi 14 ini, tentu saja isinya pun tak kalah bagus. Artikel yang disajikan ditulis dengan sangat baik dan mendalam. Kover dan rubrik cover story berhasil membuka majalah dengan menimbulkan perasaan penasaran.
Mungkin bisa dibilang, kita sedang mengalami krisis--apa-apa yang masuk ke dalam diri kita tidak mampu diolah dengan baik. Bahkan, bisa saja tanpa disadari, sudah sampai pada titik krisis di mana kita tidak mampu memilah konten mana yang baik dan tidak sebelum masuk ke dalam diri. (h. 11)
Lewat cover story, pembaca akan diajak memulai menyelami dunia literasi yang berusaha dibawa secara kekinian di majalah ini. Ada artikel utama yang bertajuk "Mengedukasi Lewat Literasi". Sebuah artikel yang membahas arti pentingnya literasi dan literasi yang sebenarnya tidak berhenti di tahap 'membaca' semata.

Selain memberikan artikel berbobot sesuai dengan tema yang diangkat, majalah ini juga memberikan wawancara dengan tokoh literasi. Mulai penulis terkenal semisal Aan Mansyur dan Dewi Lestari, sampai Agustinus Wibowo yang berkiprah di dunia literasi lewat tulisan perjalanannya. Lebih lanjut lagi, juga ada wawancara bersama pegiat perpustakaan.

Hal yang paling menarik dari majalah ini adalah konten-konten promosi yang ditampilkan dalam artikel berbobot. Saya salut sekali pada penulis di belakang layar yang menyajikan artikel di rubrik advertising story.

Grand Story Magazine juga tidak ketinggalan memberikan info tentang komunitas literasi. Ada dua komunitas yang dibahas di edisi ini, Aliansi Literasi Surabaya dan Komunits Kota Jancuk. Kedua komunitas ini berbasis di Surabaya dan membuktikan bahwa ada banyak manusia yang berusaha menyebarkan virus literasi, meski dengan cara yang berbeda-beda.

Menjelang akhir, ada artikel event kegiatan seputar literasi (yang membuat saya mupeng banget ingin ikutan) dan tentu saja rubrik terakhir, after story. Rubrik terakhi ini adalah rubrik kesukaan saya. Lewat artikel di rubrik ini, pembaca akan diajak menyelami lebih dalam tentang isu literasi yang berusaha diangkat dalam majalah ini sebelum menutup majalah.
Karena membaca, seharusnya sama alaminya dengan bernapas atau berjalan tidak ada yang seharusnya merasa melakukan sesuatu yang aneh atau merasa lebih baik dari orang lain karenanya. (h. 114)
Grand Story edisi 14 ini sangatlah cocok buat pembaca karena mengangkat isu yang dekat dengan pembaca. Namun, edisi lainnya pun tak kalah menarik karena berusaha menyajikan konten yang mendalam dengan tampilan yang kekinian. Untuk tahu lebih jauh soal majalah ini, bisa ikuti twitter @grandstorymagz, instagram @grandstorymagazine, atau fanpage FB Grand Story Magazine.

Share:

2 comments

  1. Asli, saya baru tahu ada majalah ini. Terus sudah nyampe edisi 14 aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini edisi tahun lalu juga kak, jadi mungkin sekarang udah lebih dari 14 XD

      Delete